Selasa, 01 April 2014

Nikmatnya Lontong Sayur Mbak Asih

Seperti pagi-pagi sebelumnya, saat terbangun aku tidak menemukan sosok wanita yang kucintai ada disampingku.
Aku sudah lama terbiasa bangun pagi sendiri, tanpa kecupan manis darinya seperti saat masa-masa awal pernikahan kami.
Aku pun sudah lama terbiasa membuat kopi untukku sendiri.

"Pagi, mas," istriku tercinta menyapa lalu memberi kecupan sekilas di pipiku kemudian berlalu sambil membawa keranjang pakaian kotor.

Aku membuka rice cooker dan tidak menemukan apapun didalamnya. Kemudian kulihat meja makan dan tidak menemukan apapun terhidang diatasnya.
Aku pun menghela nafas. Memaklumi kesibukan istriku di pagi hari, dengan kerepotannya mengurus rumah sambil mengasuh kedua anak kami tanpa kehadiran seorang pembantu.

Istriku, dengan daster lusuhnya, kulihat sedang sibuk memandikan anak pertama kami, menyiapkannya untuk berangkat ke sekolah. Aku pun melanjutkan menikmati kopi pahitku. Kemudian aku mendengar jerit tangis bayi dari kamar anak-anak.

"Jangan diam saja, mas. Tolong angkat si Yoga, mungkin dia butuh ganti popok atau kalau popoknya masih bersih, langsung saja buatkan susu. Aku masih repot mandikan Adam, nih."

Aku pun langsung menuju kamar anak-anak dan melaksanakan arahan istriku.
Ternyata popok Yoga masih bersih, jadi aku langsung membuatkannya susu.

"Ya ampun mas, susunya kok banyak sekali. Kan sudah kubilang berkali-kali, kalau pagi, susu untuk Yoga buatkan 100 ml aja." Istriku meraih botol susu dari tanganku lalu mengambil alih tugas membuat susu.

"Adam seragam sekolahnya kotak-kotak merah hari ini. Tolong isi botol minumnya lalu masukkan kedalam tasnya." Aku pun mengela nafas. Ikut pusing dengan segala keruwetan pagi ini.

Jam setengah tujuh pagi. Seharusnya aku sudah harus bersiap-siap untuk berangkat kerja sekarang.
Setelah memakaikan seragam Adam, aku lalu bergegas mandi.

Setelah rapi, aku menghampiri istriku yang kini sedang menimang-nimang Yoga sambil berusaha menidurkannya kembali.

"Aku sarapan apa?" Segera setelah melontarkan pertanyaan itu, aku melihat ekspresi wajah istriku semakin tidak karuan.

"Masih tanya sarapan apa?! Nggak lihat apa kalau aku belum sempat masak apa-apa? Nggak usah pake nanya lah mas, langsung saja ke warungnya mbak Asih seperti biasa."

Setelah mendengar jawaban yang tidak enak di kuping itu aku tidak mau lebih lama lagi berada dalam satu ruangan dengan istriku. Kuambil motor lalu kupacu menuju warung mbak Asih di ujung jalan.

Seperti biasa, warung mbak Asih sedang ramai pembeli. Aku memesan sepiring lontong sayur yang rencananya akan kumakan ditempat. Aku malas sarapan dirumah, malas terlibat lagi dalam keruwetan pagi hari dan bukannya mendapatkan ucapan terima kasih, malah kalimat pedas yang kudapat.

Setelah menunggu beberapa lama, mbak Asih akhirnya mengantarkan pesananku. Sepiring lontong sayur dan segelas teh panas.
"Monggo, mas." Senyum cerah menghiasi wajah manis mbak Asih, yang walaupun usianya sudah lewat lima puluhan tapi masih saja menawan.
Wajah yang tetap sumringah meski warungnya sedang ramai pembeli dan lipstik merah merona yang dipakainya memberi rasa yang lebih pada lontong sayur yang sedang kumakan.

Ahhh... Inilah sarapan kesukaanku. Lontong sayur dan teh hangat yang disajikan dengan seulas senyum menawan dari bibir segar berwarna merah merona yang mampu membuatku lupa pada keruwetan pagi ini, juga omelan serta wajah marah-marah istriku.





Sabtu, 15 Februari 2014

Bermain bersama Aria

"Yang kami suka, yang kami mau, yang kami inginkan...
Ayah dan ibu tak tahu

Beli banyak mainan, tapi bukan itu
Baju-baju yang indah, juga bukan ituuu

Ayah, ibu tak tahu...
Mereka tak tahu
Yang kami mau hanyalah bermain bersama
Kami tak mau sendirian, merasa kesepian
Cintai kami dengan kasih sayang..."

Itu adalah penggalan lagu dalam salah satu episode DVD Pororo, The Little Penguin yang sering dinyanyikan Aria, putra sulung saya.
Di usianya yang masih 5 tahun, Aria mungkin tidak begitu memahami isi lagu itu, dia hanya sekedar menyanyikannya saja.
Dan buat saya, yang saat itu sedang asyik dengan smartphone saya, ketika mendengar lagu itu mengalun dari DVD dan Aria ikut menyanyikannya, saya tersentak. Saya merasa tertampar.

Sebagai ibu rumah tangga, tanpa pembantu dirumah, mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri sambil mengurus kedua anak adalah tugas yang sangat melelahkan. Dan saat telah selesai melaksanakan tugas harian, saya beristirahat dengan cara menjelajahi dunia maya dengan smartphone saya. Anak-anak saya biarkan bermain sendiri, menonton tv atau menonton DVD kartun kesukaan mereka. Apapun boleh mereka lakukan asal mereka tidak mengganggu jam istirahat saya.

Dan saat mendengar lantunan lagu dari DVD Pororo itu, saya tersadar. Betapa saya sudah sangat egois, lebih memilih berlama-lama bersama smartphone daripada bermain bersama anak-anak.
Betapa lama saya menghabiskan waktu istirahat saya dengan smartphone dan menelantarkan anak-anak.
Anak-anak butuh ibu mereka, menemani mereka menonton TV atau DVD dan menemani mereka bermain.

Saya memutuskan untuk meninggalkan smartphone saya dikamar lalu menghampiri anak-anak yang saat itu masih menonton DVD Pororo, saya mengambil mainan lego mereka lalu menumpahkan semua isinya keatas karpet.
Awalnya mereka sempat terkejut saat saya yang biasa mengomel jika melihat mainan berserakan di lantai, kini saya malah menumpahkan semua lego keatas karpet hingga lego berceceran dimana-mana.
Namun mereka tidak ambil pusing dengan hal itu lalu bersorak gembira. "Yeeyyy. Kita main lego!" Lalu kami bermain lego bersama. 

Di lain waktu, Aria menghampiri saya dengan kertas lipatnya, bermaksud mengajak saya bermain origami.
Saya kemudian mengajaknya mengunjungi google, mencari diagram untuk melipat kertas sesuai dengan bentuk yang dia suka. Aria yang memilih bentuknya lalu kami melipat kertas bersama. Dan untuk bentuk yang pertama, Aria selalu memilih bentuk hati, lalu setelah jadi dia akan menuliskan kalimat "Aria sayang mama" di kertas lipat yang telah berbentuk hati itu.
Sungguh sangat manis. Ekspresi tulus kebahagiaan yang terlukis dari seorang anak yang polos.


Beberapa hasil karya saya dan Aria

Aria love mama
*maaf tulisannya tidak jelas karena difoto dengan HP jadul*

Di hari libur sekolahnya, Aria saya ijinkan untuk bermain PS dirumah bersama anak-anak tetangga. Namun ada kalanya Aria tidak mau bermain bersama teman-temannya dan malah mengajak saya bermain PS seharian itu. Meski saya hanya bisa bermain game Spongebob, tapi Aria tetap asyik bermain bersama saya. Kadang juga dia berhasil memaksa saya bermain game balap mobil, game kesukaannya, dan tertawa-tawa ketika berhasil mengalahkan saya berkali-kali.

Meluangkan banyak waktu untuk anak-anak memang tidak pernah membuat bosan. Selalu ada momen-momen membahagiakan yang akan tersimpan sebagai kenangan manis. Dan saya sadar, saya harus lebih banyak meluangkan waktu bersama mereka, karena anak-anak cepat sekali tumbuh besar. Mungkin saat beranjak besar nanti Aria sudah tidak mau bermain bersama mamanya, atau malu mencium mamanya, atau tidak mau lagi menuliskan kartu bertuliskan "Aria sayang mama" karena Aria lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-temannya diluar untuk belajar, les, ataupun kegiatan sekolahnya.
Karena itu, sebelum Aria menjadi pelajar yang sibuk dan beranjak besar, sebisa mungkin saya akan bermain dan meluangkan waktu sebanyak saya bisa bersama anak-anak. 


~Alhamdulillah dapat bukunya~

Jumat, 31 Januari 2014

Hari #31: Semoga tetap istiqomah

Bismillahirrahmanirrahim...

 ﻭﻟِﻜُﻞٍّ ﻭِﺟْﻬَﺔٌ ﻫُﻮَ ﻣُﻮَﻟِّﻴﻬَﺎ ﻓَﺎﺳْﺘَﺒِﻘُﻮﺍ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮَﺍﺕِ
ﺃَﻳْﻨَﻤَﺎ ﺗَﻜُﻮﻧُﻮﺍ ﻳَﺄْﺕِ ﺑِﻜُﻢُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺟَﻤِﻴﻌًﺎ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪِﻳﺮٌ

" Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba- lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Al-baqarah ayat 148).

Hari ini adalah hari terakhir #1Hari1Ayat, semoga tidak menjadi hari terakhir bagi kita untuk membuka Al Qur'an beserta tafsirnya dan semoga juga bukan hari terakhir kita untuk belajar.

Buat saya pribadi, #1Hari1Ayat ini saya jadikan tambahan perbuatan baik yang saya lakukan setiap harinya, insya Allah. Meluruskan niat untuk menambah pundi-pundi saldo amal baik, dan bukan hanya sekedar teori dalam postingan blog, namun juga saya usahakan untuk mengamalkan ayat-ayat tersebut dalam keseharian saya.

Beruntung sekali saya mempunyai teman-teman, baik di dunia nyata maupun dunia maya, yang melalui mereka saya jadi terpacu untuk selalu memperbaiki kualitas keimanan saya.
Saat saya melihat mereka melakukan perbuatan baik, saya jadi terpacu untuk melakukan hal yang sama, bahkan berusaha untuk lebih baik dari mereka.

Teman-teman dunia maya saya kebanyakan adalah wanita pekerja, namun mereka selalu punya waktu untuk belajar, baik itu belajar ilmu agama, kursus menjahit ataupun bergabung dalam grup ODOJ. Baik itu belajar lewat media online ataupun datang ke majelis taklim dan tempat kursus.

Dari mereka saya belajar, bahwa waktu untuk belajar tidaklah harus menunggu waktu luang, tapi kitalah yang harus menciptakan waktu luang itu untuk belajar.

Saya jadi termotivasi. Jika mereka yang sibuk, dengan jadwal kerja yang mengikat saja bisa, kenapa saya yang ibu rumah tangga ini, yang jam kerjanya fleksibel tidak bisa?
Saya pun bergabung dengan grup whatsapp, wadah yang tepat bagi saya untuk belajar, tidak perlu keluar rumah dan jam belajarnya pun fleksibel. Dari satu grup belajar agama, bertambah dengan grup belajar bahasa Arab.

Memang baru sedikit grup whatsapp yang saya ikuti, namun dari grup yang sedikit itu saya berusaha untuk mencerna dengan baik semua ilmu yang telah saya dapat. Maklumlah, memory tua, tidak bisa menampung terlalu banyak informasi. :)

Dan bismillah, saya meluruskan niat, bahwa apa yang saya lakukan ini semata-mata hanya mengharap ridho Allah, berharap bahwa perbuatan itu akan mendapatkan ganjaran yang baik yang dapat menambah saldo amalan baik saya, bukan hanya sekedar ikut-ikutan.

Jadi, pilihlah teman yang baik, lalu saat dia melakukan perbuatan baik, jangan tinggal diam, lakukanlah perbuatan yang sama bahkan lebih baik darinya.
Berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan.




Kamis, 30 Januari 2014

Hari #30: Ayat pengobat galau

Bismillahirrahmanirrahim...


"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al Baqarah ayat 153).

Al Qur'an memang kunci dari semua permasalahan hidup manusia. Termasuk ayat ini, yang bagi saya adalah obat bagi kegalauan saya saat dilanda peliknya masalah hidup.

Memohon pertolongan hanya kepada Allah merupakan ikrar yang selalu kita lafadzkan dalam setiap shalat kita, “Hanya kepada-Mu-lah kami menyembah dan hanya kepadaMulah kami mohon pertolongan“.
Agar permohonan kita diterima oleh Allah, tentu harus mengikuti tuntunan dan petunjuk- Nya. Salah satu dari petunjuk-Nya dalam memohon pertolongan adalah dengan sentiasa bersikap sabar dan memperkuat hubungan yang baik dengan-Nya dengan menjaga shalat yang berkualitas. Disinilah shalat merupakan cerminan dari penghambaan kita yang tulus kepada Allah.

"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu," itulah pegangan saya. Saat saya dihadapkan pada masalah, sebisa mungkin saya akan bersabar. Bersabar menahan diri untuk tidak su'udzon kepada Allah atas masalah yang saya alami. Bersabar menahan diri untuk tidak lari dari masalah, untuk tidak melakukan perbuatan yang dibenci Allah sebagai bentuk protes saya atas masalah yang timbul. Bersabar menahan diri untuk tidak mengumbar masalah saya di sosmed ataupun curhat kepada orang lain. Bersabar menahan diri agar tidak marah dan meledak dalam menghadapi masalah tapi justru bersabar untuk mencari solusinya.

Kemudian sebisa mungkin saya mengambil wudhu lalu sholat. Karena sesungguhnya saat sholat kita juga sedang berdoa. Setelah sholat, hati akan jadi tenang. Lalu saya akan mengadukan semua permasalahan saya diwaktu berdoa sesudah sholat. Saya akan mengeluarkan semua uneg-uneg dan rintihan permohonan agar masalah saya bisa segera terselesaikan. Setelahnya hati saya akan menjadi lebih tenang, meskipun masalah saya mungkin belum terselesaikan, tapi dengan hati yang tenang, saya akan bisa memikirkan solusi terbaik untuk masalah saya dengan kepala dingin.

Sesungguhnya keimanan kita akan diuji saat kita mendapatkan cobaan. Apakah dengan cobaan itu kita akan menjadi hamba yang semakin dekat dengan Rabb kita ataukah sebaliknya, dengan adanya cobaan justru semakin menjauhkan kita dari Allah.


Hari #29: Baik Vs Buruk

Bismillahirrahmanirrahim....


"Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang 
buruk." [QS. Huud: 114].

Sebagai manusia, tentu kita tak luput dari kesalahan. Ibaratnya, dosa dan kesalahan manusia itu lebih banyak daripada butiran pasir di pantai. Namun Allah dan Rasulullah memberikan solusi untuk menghapuskan dosa dan perbuatan-perbuatan buruk kita.
 

Inilah yang diperintahkan oleh Rasulullah
Saw kepada Abu Dzarr r.a. ketika beliau mewasiatkan kepadanya dengan wasiat yang agung ini, dan bersabda: "Bertakwalah di manapun engkau berada, dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya ia akan menghapusnya, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik." [Hadits diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmizi].

Yang dimaksud adalah: seorang muslim, jika ia melakukan maksiat, hendaknya segera mengiringinya dengan kebaikan. Seperti shalat, shadaqah, puasa,
perbuatan yang baik, istighfar, dzikr, tasbih dan lainnya.

Jika kesalahannya itu adalah membicarakan keburukan orang lain di hadapan seesorang tertentu, maka kebaikan itu adalah memuji orang tadi dihadapan orang yang diajak berghibah sebelumnya, atau ia beristighfar kepada Allah SWT baginya.

Jika keburukannya itu adalah mencela seseorang di hadapan manusia, maka kebaikannya itu adalah menghormatinya, memuliakannya serta menyebutnya
dengan kebaikan.

Orang yang kejahatannya adalah membaca buku-buku
yang buruk, maka kebaikannya adalah membaca Al Quran, kitab hadits serta ilmu-ilmu Islam.

Orang yang keburukannya adalah menghardik kedua orang tua, maka kebaikannya itu adalah dengan berlaku sebaik-sebaiknya dengan keduanya dan memuliakannya serta berbuat baik kepadanya, terutama saat mereka dalam
usia lanjut.

Orang yang keburukannya adalah memutuskan silaturahim, serta berbuat buruk kepada saudara, maka kebaikannya adalah berbuat baik kepada mereka serta berusaha menjaga persaudaraan, walaupun mereka memutuskannya, dan memberi mereka walaupun mereka belum pernah memberi.

Jika keburukannya adalah duduk dalam tempat hiburan, main-main dan melakukan yang haram, maka kebaikannya itu adalah duduk di tempat kebaikan, dzikr dan ilmu yang bermanfaat.

Jika keburukannya adalah mengarang kitab yang menyesatkan, serta mengajak kepada kemungkaran dalam perkataan dan perbuatan, menyebarakan pemikiran yang menyesatkan serta mengajak kepada syahwat, maka kebaikannya itu adalah mengarang kitab yang melawan kecenderungan itu, mengajak kepada kebaikan, memerintahkan kepada yang ma'ruf, serta melarang dari kemunkaran.

Barangsiapa keburukannya adalah menzhalimi manusia, memusuhi orang-orang lemah, serta mengganggu kehormatan mereka dan hak-hak material atau immaterial mereka, maka kebaikan mereka itu adalah berusaha menegakkan keadilan, berlaku jujur
kepada orang yang zhalim, membela orang-orang yang lemah, dan berusaha memperjuangkan hak-hak mereka.

Inilah kebaikan yang dapat menghapuskan dosa orang yang melakukan keburukan semampu ia lakukan.
Yaitu dengan melawannya, menghilangkan pengaruhnya, serta membersihkan diri dari pengaruhnya. Yaitu dengan meniti jalan yang
berlawanan dari perbuatan buruk itu, seperti dijelaskan oleh imam Al Ghazali. Karena orang yang sakit diobati dengan lawannya penyakit itu.

Subhanallah, betapa Allah Maha Pemurah lagi Maha Pengampun terhadap hamba-hamba-Nya.


Selasa, 28 Januari 2014

Hari #28: Saya tersentuh

Bismillahirrahmanirrahim...


"Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (QS. Ar Rahman ayat 29-30).

Ketika mencari-cari akan membahas ayat yang akan saya jadikan bahan hari ini, tiba-tiba saya membaca 2 ayat dr Ar Rahman ini.
Sungguh, saya tersentuh, hati saya bergetar.
Betapa Maha Besarnya Allah yang menampung dan mendengarkan setiap do'a dari seluruh makhluk-Nya yang ada di langit maupun di bumi.
Bahkan do'a-do'a remeh yang sepele, yang jika saya ceritakan kepada sesama manusia pasti akan dicuekin atau diremehkan, tapi tidak dengan Allah. Dia akan mendengarkan setiap keluh kesah saya, dari yang sepele hingga yang membuat air mata membanjir.
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Saat Hana, anak kedua saya yang super aktif itu, membuat saya kewalahan dan kelelahan dengan segala tingkah polahnya, saya sering kali mengeluh, kenapa Hana tidak seperti anak perempuan yang lain? Yang manis, pendiam dan tidak banyak tingkah.
Begitulah, saat hati dan pikiran saya menyempit, yang terlihat dimata saya hanyalah kekurangan Hana.
Tapi saat saya melapangkan hati, membuka mata dan pikiran, yang saya lihat adalah betapa anak-anak seusia Hana masih banyak yang belum lancar berjalan, sedang Hana sudah berlari dan melompat kesana kemari. Dan kemudian terlihatlah kelebihan-kelebihan Hana yang lain.
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Setiap hari saya selalu dipusingkan dengan pertanyaan saya sendiri, mau masak apa ya hari ini?
Sedangkan orang lain pun dipusingkan dengan pertanyaan lain, apa yang bisa dimakan hari ini? Bisakah hari ini saya makan setelah kemarin puasa seharian karena tidak ada makanan?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

FABIAYYI AALAA 'IRAABIKUMAA TUKADZDZIBAANN.
Ayat ini diulang sebanyak 31 kali dalam surat Ar Rahman, hal ini menandakan ada yang ingin Allah sampaikan kepada kita. Bahwa sejatinya manusia itu bersifat pelupa dan Allah mengulang-ulang ayat itu supaya manusia selalu ingat untuk bersyukur. Bahwa disetiap kesempitan, pasti akan ada hikmah yang patut kita syukuri.






Senin, 27 Januari 2014

Hari #27: Teman-teman dunia mayaku

Bismillahirrahmanirrahim...


"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya
kamu mendapat rahmat." (QS Al Hujurat ayat 10).

Kira-kira dua tahun lalu, saya mulai mencari wadah untuk menimba ilmu agama di facebook. Lalu saya bergabung dengan sebuah grup di facebook. Dan disanalah awal mula ukhuwah saya dengan teman-teman dunia maya saya terjalin. Namun, seiring dengan bertambahnya anggota grup, makin bertambah pula perbedaan pandangan dan mengakibatkan semakin maraknya perdebatan di grup sehingga kami pun jadi malas menyambanginya karena pasti akan ada perdebatan tak berujung disana.

Teman-teman dunia maya saya ini kebanyakan adalah BMI (Buruh Migran Indonesia) yang bekerja di Hongkong, Taiwan, Korea Selatan, Dubai dan Singapura.

Karena jarang berkumpul di grup, kami mulai saling add dan confirm akun facebook satu sama lain dan meneruskan ukhuwah lewat saling berkomentar di status dan sapaan di wall.

Kemudian ukhuwah kami pun berlanjut ke whatsapp. Kami memberi nama grup itu dengan sebutan "Al Usroh" yang berarti keluarga. Dan disitulah kami bisa berkumpul dengan nyaman. Tetap dengan tujuan utama kami yaitu tholabul ilmi sambil menjalin ukhuwah.

Selama dua tahun ini saya merasa ukhuwah kami terjalin sangat erat, meski kami hanya berhubungan lewat dunia maya dan sebagian besar dari kami belum pernah bertemu langsung satu sama lain.
Mulai dari saling mengucapkan dan membalas salam di pagi hari dan saling mendoakan satu sama lain.
Lalu saling menyemangati saat ada yang merasa down, karena sebagai BMI, keadaan mereka yang jauh dari keluarga dan tekanan pekerjaan, membuat mereka merasa sering down. Dan mereka sendiri mengakui, bahwa dengan adanya teman-teman dunia maya di Al Usroh membuat hidup mereka di negeri orang jadi lebih mudah dijalani. Saat sedang senggang bekerja, mereka akan menyambangi Al Usroh dan kelelahan saat bekerja serta rasa rindu kepada keluarga di Indonesia sejenak terlupakan.

Meski mereka bekerja sebagai BMI, tapi keinginan mereka untuk belajar agama sangat kuat. Saya salut kepada mereka karena sebagian besar dari mereka juga bergabung dengan grup tholabul ilmi yang lain yang sifatnya lebih fokus kepada belajar, bahkan beberapa dari mereka juga bergabung dengan grup ODOJ. Mereka menyatakan bahwa daripada waktu senggang mereka gunakan untuk tenggelam dalam kesedihan merindukan dan memikirkan keluarga di tanah air, lebih baik mereka mengisi waktu senggang mereka dengan belajar agama.
Sungguh saya bangga memiliki teman-teman seperti mereka.

Kisah hidup dan pengalaman mereka telah membuat saya banyak bersyukur karena saya masih berada ditengah keluarga yang saya cintai dan semangat mereka untuk tetap menimba ilmu agama telah memotivasi saya untuk tetap semangat belajar ditengah kesibukan saya sebagai ibu rumah tangga